Samosir si Anak Toba
Tema
: ''Cerita Rakyat sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa''
Samosir si Anak Toba
Suatu
hari di sebuah desa di Sumatera Utara dengan khas adat budayanya telah lahirlah
seorang anak laki-laki yang terlihat tampan dan sangat kuat, anak tersebut lahir
dari seorang ibu yang cantik jelita bak seperti seorang putri dan seorang bapak
petani yang sangat rajin bekerja dalam mengais rezekinya dan selalu melakukan
yang terbaik dalam pekerjaan. Sesuai dengan perilaku ayah nya yang rajin dan
selalu melakukan yang terbaik maka bayi itu diberi nama SAMOSIR (melakukan yang
terbaik). Sang Istri bernama Mina ini begitu cantik sehingga banyak tetangga
yang iri kepada Toba yang hanya seorang petani tetapi bisa mendapatkan istri
yang begitu cantik tersebut.
kala
samosir lahir yang dibantu oleh tabib beranak yang dalam keadaan cuaca yang
hujan di iringi petir yang bergemuruh maka lahirlah seorang bayi yang tampan
dan kuat, tetapi di sekitar kelahiran dari air ketuban tersebut terdapat
beberapa sisik ikan yang muncul bersamaan dengan bayi itu.
Si
tabib beranak tersebut merasa heran kenapa ada seperti sisik ikan muncul
bersamaan dengan Samosir, namun orang tua Samosir memberikan titah untuk tidak
mempermasalahkan hal tersebut apalagi menceritakanya kepada orang lain, “Tabib
tolong jaga rahasia ini selamanya ya.?” Minta Toba dan Mina kepada Tabib
tersebut. “Baik, saya akan merahasiakannya.” Kata Tabib tersebut. Maka si tabib
tersebut menyetujuinya dan melupakannya dengan diberi tambahan uang untuk tidak
membocorkan rahasia ini.
Hari
demi hari Samosir mulai tumbuh besar sekitar dua tahunan, tetapi untungnya soal
tentang sisik ikan yang muncul bersama dengan kelahiran samosir sudah tidak
berbekas atau muncul dan terangkat kembali ceritanya. Samosir tumbuh sehat dan
kuat serta kelihatan mulai tampan nya seperti ibu nya yang cantik jelita.
Banyak para warga yang heran kepada Toba bagaimana dia bisa mendapatkan seorang
wanita cantik jelita seperti itu dan seperti putri sedangkan Toba yang hanya
seorang petani, banyak diantara para pemuda dan laki-laki yang sudah
beristripun menaruh iri dan ingin memiliki Minna Istri Toba dan iri dengan
kelahiran Samosir yang terlihat Lucu, kuat dan tampan, apalagi para istri
tetangga yang kadang suka mencibir Mina dengan perasan iri dan cemburu akibat
para suaminya yang terpikat kepada Minna istri Toba.
Karena
samosir tumbuh sehat dan kuat maka dia sangat gemar sekali makan. seringkali
dia hampir selalu menghabiskan sisa sisa makanan dan persediaan yang ada untuk
seminggu hanya habis dua atau tiga hari saja, sehingga sang ayah yaitu Toba
menjadi semakin rajin mencari rezeky selain bertani dan juga memancing ikan
hingga sampai hari sore petang. Karena Toba yang sering pulang sore sehingga
ada beberapa pemuda yang iri yang mencoba datang dengan niat tidak baik kepada
Minna Istrinya Toba, Namun anehnya mereka selalu mendapatkan kesialan dan
halangan yang membuat mereka jera atau gagal.
Suatu
hari ketika usia Samosir mulai menginjak usia 8 tahunan dan sudah mulai bisa
bermain bersama teman teman sebayanya, saat itu samosir berbuat nakal yaitu
menghabiskan makanan teman temannya sehingga membuat teman teman balita nya
menangis, awalnya orang tua anak anak balita tersebut hanya bersikap biasa saja
karena memang mereka anggap kenakalan anak anak pada umumnya. Namun hari demi
hari tingkah Samosir menjadi agak nakal tak lain yaitu sering mengambil dan
menghabiskan makanan yang di bawa teman temannya ataupun yang di bawa orang tua
mereka.
Hari
demi hari dilalui oleh Samosir yaitu dengan sering berbuat nakal dengan selalu tidak
tahan untuk menghabiskan bekal atau makanan teman temannya, dengan ke jadian
itu yang sering terjadi dank arena cemburu terhadap Minna yang cantik jelita,
maka para orang tua mulai menjauhkan anak anak mereka dan mulai sering menegur
Samosir, hingga akhirnya para orang tua anak anak teman Samosir menegur Toba
dan Mina istrinya yang cantik jelita yang bagaikan bidadari itu secara langsung.
Kedua orang tua Samosirpun sudah sering menegur atas kelakuan anaknya yang
masih tebilang kecil itu, lalu kedua orang tua Samosir selalu memisahkan
Samosir dengan teman teman nya supaya tidak bermain bersama kembali, untuk
menghindari kejadian tersebut berulang ulang. Samosir yang malang sekarang dia
sudah tak mempunyai teman bermain kembali. Namun biarpun Samosir nakal tetapi
dia sering menolong warga yang apabila membutuhkan sesuatu dia berusaha
menolongnya, pernah suatu hari seorang warga yang jatuh ke jurang dia tolong,
kemudian desa diwarga tersebut ketika dimasuki penjahat maka Samosir yang kuat dan
Toba melawan mereka hingga para penjahat lari Tunggang langgang disamping itu
istri Toba yaitu Minna mempunyai kekuatan yang mampu membuat para penjahat lari
tunggang langgang meninggalkan desa.
Suatu
hari ketika Samosir sedang bermain sendirian dia mendengar seorang anak
perempuan menangis minta tolong, yang tak lain adalah teman sebaya kampung
tersebut yang rumah nya tak begitu jauh dari kediaman Samosir namun mereka tak
saling kenal. Anak perempuan tersebut terjatuh ke dalam parit karena di kejar
seekor harimau hutan yang besar, lalu samosir datang membantu anak perempuan
tersebut dan mengusir harimau tersebut. Akhirnya si anak perempuan tersebut
bebas dari harimau besar tersebut, “Kamu tidak apa-apa ?” Tanya Samosir. “aku
tidak apa-apa, tapi sakit sekali kalau berjalan” kata anak perempuan tersebut.
Anak perempuan tersebut kaki nya terkilir dan kesakitan didalam selokan parit
tersebut, akhirnya samosir membantu mengangkat anak perempuan tersebut dan
menggendongnya ke rumah orang tua nya. “Nama kamu siapa?” tanya samosir. “Aku
Kentari..” jawab anak perempuan tersebut. Setelah sampai dirumah Kentari orang
tua Kentari mengucapkan terimakasih pada Samosir. Sehingga si anak perempuan
yang bernama Kentari tersebut sekali sekali sering mengajak main Samosir dan
membagi makanan kepada Samosir, walaupun begitu tetap rasa lapar Samosir
terhadap makanan tidak pernah berkurang, hingga hari demi hari Samosir mulai
beranjak remaja dan mulai tampak ketampanan dan kegagahan di dirinya, kini usia
nya sekitar 14 tahunan, hanya tetap perasaan lapar yang besar masih ada di
dalam dirinya.
Untuk
menanggulangi kehidupan makan keluarga Toba sendiri, Samosir yang sudah
beranjak remaja mulai di ajak bekerja untuk bertani dan memancing. Tetapi aneh
nya ketika memancing Samosir selalu ingin memancing dengan turun langsung ke
kolam yang dalam tanpa memakai alat pancing dan berenang bebas kesana kemari
bak seekor ikan yang berenang tanpa takut tenggelam, bahkan ikan-ikan pun
sepertinya bisa datang sendiri menghampiri Samosir.
Sang
ayah Toba hanya terpaku dan tersenyum melihat kepandaian anaknya berenang dan
menangkap ikan, bahkan suatu ketika sudah hampir 30 menit ketika Samosir
berenang dia tak naik muncul ke atas sehingga membuat cemas Toba terhadap
anaknya dan Tobapun turun untuk menyelam mencari Samosir sang anak.”Samosir..!!
Samosir..!! teriak Toba sambil menceburkan diri ke sungai itu. tak lain dikata
Toba terkejut ketika melihat Samosir yang sedang bermain main menangkap ikan dan
di kerumuni oleh ikan-ikan di bawah sungai yang begitu besar.
Malam
itu Toba menceritakan hal itu kepada istrinya yang cantik jelita perihal
kejadian tadi siang, sang istri terkejut dan meminta sang suami Toba untuk
selalu diam dan merahasiakan kejadian tersebut rapat-rapat. Disamping merasa
bahagia melihat anaknya itu yang tersirat dia termenung anaknya yang
kelakuannya mirip ikan ketika berenang tersirat oleh Toba, hanya sifat nakalnya
yang suka menghabiskan jatah makan orang masih tetap ada yang membuat Toba
gelisah yang takut menjadi cemoohan para warga di sekitar.
Suatu
ketika ada hajatan kecil di kampung yang
terletak di sebelah sumatera utara tersebut, gendang dan irama adat, tarian dan
suasana adat Sumatera utara berlangsung cukup meriah yaitu dalam pernikahan
salah satu adat warga tersebut.
Melihat
keramaian dan pesta adat yang menarik tersebut terdengar oleh samosir dan
keluarganya, namun orang tua Samosir melarang Samosir untuk pergi ke tempat tersebut.
tapi tak di sangka Kentari datang kepada Samosir tanpa sepengetahuan orang tua
Samosir dan mengajak Samosir untuk melihat pesta tersebut. diam diam Kentari
memang menyukai terhadap Samosir, sehingga
selalu begitu senang bermain dengan Samosir yang tampan tanpa melihat
kebiasaan buruk Samosir yang hampir selalu melahap setiap makanan yang di temuinya.
Singkat
cerita pergilah diam-diam Samosir dan Kentari untuk melihat ke pesta Hajatan
tersebut. di sela sela keramaian pesta hajat pernikahan tersebut tiba tiba
samosir terpisah dengan Kentari. dikala itu ketika Samosir pergi mencari Kentari
tiba di sebuah dapur pesta hajatan tersebut dan tercium wangi masakan pesta
pernikahan yang lezat. Kruyuuk…. kruyuukk
tiba-tiba perut Samosir berbunyi dengan keras. karena tak tahan melihat hidangan dapur pesta
hajatan yang disimpan di dapur untuk siap di hidangkan ke para tamu, para
penyaji dan pemasak saat itu sedang ikut melihat tarian adat rame rame, tak
terpikir oleh Samosir untuk memakan makanan tersebut tapi apa di kata perut nya
begitu lapar dan bersuara kruyukk... kruyukk..
''hmm'' kalau mencicip sepiring
mungkin tidak akan terlihat kekurangan makannannya'' pikir Samosir. ''toh ini
buat dibagikan juga'' guman Samosir. lalu Samosir mencoba mencicipi masakannya
1 piring saja dan langsung habis teteapi perutnya malah semakin kencang
berbunyi dan perut Samosir malah semakin lapar, hingga akhirnya dicoba 2 piring
dan aneh nya semakin lapar dan lapar, ajaib sekali hingga akhirnya hampir habis
untuk 50 piring in ajaib, hampir 1/2 habis masakan untuk hajatan tersebut.
ketika tarian adat selesai dan semua warga ikut menari bersama maka para
penyaji makanan pun mulai menuju dapur dan akan menyajikan masakan tersebut ke
para tamu.
Dilain
cerita ketika Kentari tersadar dia sedang menari bersama warga, dia teringat
akan Samosir dan mulai mencari, tapi ternyata tak di sangka Samosir tengah di
temukan oleh para penyaji makanan di dapur sedang melahap makanan tersebut,
kaget bukan kepalang para penyaji tersebut melihat masakan nya sudah habis
setengahnya hingga berteriak '''aaarrgghh
PENCURI MAKANAN DASAR PENCURI MAKAN!!'' akhirnya yang sedang berpesta
pun semua gaduh kaget mendengar semua itu. Marah bukan kepalang pemilik hajatan
dan pasangan pengantin tersebut karena pesta kecilnya gagal untuk menyajikan
masakan kepada para tamunya khusus tamu undangan nya. “Tangkap Anak Itu ..!!!”
teriak pemilik hajatan.
Karena
takut nya Samosir pun berusaha kabur dan menyesali perbuatan tersebut, tetapi
akhirnya Samosir terkepung juga dan
pasrah ditangkap hingga akhirnya di pukuli oleh para warga, Kentari begitu
kecut, kecewa, kesal dan ketakutan yang takut apabila Samosir kenapa-kenapa.
Tapi anehnya ketika Samosir dipukuli rame-rame tapi tubuh Samosir tidak kenapa
hanya luka luka kecil saja. warga pun heran dan berhenti memukuli Samosir
karena kelelahan, tetapi sedikitpun Samosir tidak membalas warga. Akhirnya
Samosir di bawa ke orangtuanya. Warga pun memarahi Toba dan Istrinya yang
cantik jelita atas kelakuan Samosir, lalu Toba meminta maaf dan berjanji kepada
warga akan pergi jauh meninggalkan desa tersebut untuk turun gunung. akhirnya
keluarga Toba memarahi Samosir dan merekapun pergi untuk turun gunung dan
menjauh dari warga sekitar. Kemudian Toba, Mina dan Samosir tinggal di dasar lembah
gunung yang agak jauh dari warga perkampungan sehingga sulit untuk
berkomunikasi satu sama lain, namun di samping itu kentari yang merasa bersalah
kepada Samosir selalu menemui Samosir dan selalu membawakan makanan kepada
Samosir.
Pada
suatu hari pergilah Toba dan Samosir untuk bekerja mencari makanan, tempat
lahan yang di olah memang agak sedikit jauh dari kediaman Toba dan Samosir,
ketika siang hari beranjak untuk makan siang bekal yang di miliki mereka berdua
di buka oleh Toba, tetapi apa yang dilihat isi dari bekal keduanya sudah habis
dan tak bersisa untuk Toba sedikitpun. Ingin sekali Toba marah tapi dia mencoba
untuk sabar kepada Samosir yang telah memakan semua habis bekal mereka dengan
perasaan sedikit kesal Toba pun menyuruh Toba untuk kembali menemui ibunya
Samosir untuk kembali membawakan bekal makanan yang baru untuk Toba. ''Biarlah
siang ini belum makan juga, biar Samosir saja nanti mencarikan ikan yang banyak
ke sungai yang besar, toh Samosir kan pintar sekali berenang dan menangkap
ikan'' pikir Toba dalam hati.
Lalu
Samosir pun pulang kepada ibunya Mina untuk membuatkan lagi bekal untuk sang
ayah. Mina ibunya samosir ini lalu menyiapkan kembali bekal untuk Toba dengan
cepat. '' wah pintar sekali ibu ini memasak dan menyiapkan bekal dengan cepat
seketika'' kata Samosir kepada Ibunya. Ibunya pun hanya tersenyum dan berkata
'' Samosir ingat, bekal ini khusus buat Ayahmu Toba dan jangan kau makan lagi,
ini persediaan hari ini yang tersisa habis, kamu harus janji!‘‘ seru ibunya.
''baik bu, aku janji'' jawab Samosir.
Lalu
Samosir pun kembali menuju ayahnya Toba dengan cepat sambil berlari, karena
pasti ayahnya sudah sangat lapar untuk
makan. ketika Samosir di perjalanan tiba-tiba kaki Samosir terpeleset dan jatuh
ke dalam parit berlumpur hingga bekal nasi yang di bawa nya jatuh berceceran ke
dalam kubangan air dan lumpur sehingga tidak bisa lagi untuk diambil apalagi
dimakan. dengan berat hati dan takut
dimarahi sang ayah Samosir pun mendekati ayahnya dan meminta maaf sambil berusaha menjelaskan kejadian tadi.
''Apa !! pasti kamu bohong!! kamu sudah memakan lagi kan bekalnya!! kata sang
ayah dengan berangnya. ''betul ayah aku tadi jatuh dan bekalnya jatuh
berceceran, biar aku ganti dengan banyak mencari ikan di sungai rawa'' timpal
Samosir. ''ah dasar kau anak tak tau diuntung,, Kamu Lah Sebetulnya Anak yang
Lahir dari seekor ikan!! bentak ayahnya. ''a.. apa kata ayah ?, kenapa ayah
bilang aku anak seekor ikan ?” timpal
Samosir. “Aarghh.. “ Guman Toba “(Ya Tuhan aku salah bicara kepada Samosir)”
Pikir Toba. “Ti .., tidak ko nak kamu anak ayah dan Ibu, tadi ayah cuman marah
saja, masa anak ikan”. Kata Toba. “(Padahal aku sudah disumpah tidak boleh
terucap kata itu, Hal itu adalah pantangan buatku untuk bisa menikah dengan
ibumu Mina)” Lamunan Toba. “Bagaimana ini tuhan maafkan aku, apakah kutukan itu
akan benari datang?)” lamunan Toba. Toba pun melamun sambil merasa ketakutan
karena sumpahnya telah dia langgar sambil berpikir apakah akan ada sesuatu yang
akan terjadi.
“Ayah, ayah..!! kata Samosir. Kenapa
ayah jadi melamun, ataukah benar aku anak ikan seperti yang ayah bilang?” kata
Samosir menjadi curiga. “Tidak ko anaku Samosir, coba lihat diri kamu masa kamu
anak seekor ikan” kata Toba kepada Samosir. “Oh begitu, maafkan aku Ayah aku
sudah menjatuhkan bekal makan ayah” kata Samosir. “Sudah lupakan! Ayo kita
pulang” kata Toba. “Baik Ayah” jawab Samosir. Lalu mereka pun merapikan alat
alat bertani dan memancing mereka dan hendak pulang dengan hanya sedikit
membawa hasil taninya. Saat itu cuaca mulai mendung dan terdengar gemuruh angin
seperti hendak mulai turun hujan. “DDUUAARRRR!!!”.. “DDAARR!!”….. terdengar kilat dan petir yang sangat besar
menyambar daerah itu. “Ohh Tuhan…!” seru Toba dan Samosir kaget bukan kepalang.
Lalu muncul suara gemuruh dan asap tebal sekelebat dan berupa bayangan yang
tinggi besar mengapung mendatangi mereka. “Ya Tuhan.., siapa itu” kata Toba.
“Ayah apa itu ‘’’?? kata Samosir.
Ternyata bayangan itu adalah Jin yang dulu pernah bertemu dengan Toba ketika
hendak menikahi istrinya Mina. “Si. Siapa kau!!” kata Samosir. “Toba Kau Telah Melanggar Sumpahmu..!!” kata
Jin tersebut. “Ma.. maafkan aku Raja.., aku telah salah ucap jangan kau
timpakan musibah kepada kami atas kesalahanku” kata Toba. “Tapi Sumpah adalah
sumpah, dan akan ku cabut semua yang ada padamu, itu adalah kutukan yang tidak
bisa dirubah!!” kata raja Jin.
Lalu Raja Jin pun pergi dengan suara
bergemuruh beserta petir dan kilat yang menyambar nyambar. “Oh Tuhan bagaimana
ini, tolonglah aku!! Seru Toba. Ayah apa yang sebenarnya terjadi ayah!! Kata
Samosir. “Tidak nak, maafkan atas kesalahan ayah nak” kata Toba. Lalu Toba
terperanjat teringat istrinya dan mulai berlari menyusul kepada istrinya.
“Ibumu nak, Ibumu...” kata Toba sambil berlari. “A.. apa Ibu? kata Samosir.
“Iya Ibu dalam bahaya Nak, cepat susul” kata Toba. Samosir pun berlari
secepat-cepatnya menjauhi ayahnya dengan sangat cepat, berbeda dengan Toba yang
berlari hanya sebagai tenaga manusia biasa.
“Ibu…!!! Ibu..!!” teriak Samosir ketika tiba di depan
rumahnya. Lalu Samosirpun masuk kedalam tetapi tidak menemukan siapapun didalam
dan mencari lagi keluar. Kebetulan waktu itu Kentari teman Samosir datang
berkunjung dan bertemu Samosir. “Kentari apa kau melihat Ibuku ??” Tanya
Samosir. “Tidak saya baru datang ko, ada apa? Kenapa kamu tergesa-gesa begitu
?” jawab kentari. “kata Ayah, Ibuku dalam bahaya Kentari..” ujar Samosir dan
terus berlari meningggalkan Kentari untuk mencari Ibunya.
“Samosir..!! Samosir..!!! panggil Kentari, tetapi Samosir sudah berlari
mencari ibunya. Ketika sampai di dekat sungai kecil yang tak jauh dari rumahnya
tampaklah Ibunya sedang berdiri di pinggir sungai. Ibu..! Ibu..!! panggil
Samosir. Sang Ibu Minna pun menoleh ke arah Samosir dan berkata ''Samosir
Anakku, kau sekarang sudah besar nak...'' kata ibu Samosir sambil tersenyum dan
menitikan air mata. ''Bu.. Ibu.. sebetulnya ada apa bu ? jelaskan padaku
bu..'' kata Samosir. ''Apa yang tadi
telah terjadi anakku ?'' tanya Ibunya. ''Sebetulnya bekal tadi untuk ayah jatuh
bu, lalu Ayah marah dan tak sengaja berkata kalau aku anak seekor ikan, tapi
tiba-tiba kemudian cuaca mulai berubah mendung beserta kilat dan petir
menyambar, kemudian tiba-tiba datang raja Jin dan berkata pada Ayah kalau ayah
sudah melanggar janjinya'' isak Samosir. ''Oh ibu sungguh menyesalkan hal itu
terjadi'' kata ibu Mina sembari sedih. ''Anakku Samosir ini saatnya kamu tau
nak, karena sebentar lagi mungkin kita tak akan bertemu kembali'' kata Ibu
Samosir. ''Tapi kenapa bu?'' seru Samosir. '' betul anakku kau.. kau.. adalah
anak ikan nak'' kata Ibu Samosir sambil terhenti henti. ''A... apa betulkah bu
? tanya Samosir. '' betul Samosir sebetulnya ibu adalah jelmaan seekor ikan
yang di kutuk oleh raja jin, ibu sebetulnya adalah anak dari raja Jin dan di
kutuk menjadi seekor ikan karena ibu berbuat kesalahan'' jelas ibu Samosir.
''Apa betulkah itu bu? '' isak Samosir. ''betul nak, dulu ketika ayahmu Toba
sedang memancing ikan tertangkaplah ibu oleh bapakmu, ketika ayahmu hendak
memotong ibu untuk dimasak ibu berbicara pada Ayahmu supaya tidak membunuh ibu,
dan ibu berubah menjadi manusia, ayahmu sangat kaget dan membawa ibu ke
rumahnya, karena ayahmu orang baik maka ibu selalu menolongnya di rumah dan
menjadi istri ayahmu, hingga kamu lahir nak'' jelas Ibunya kepada Samosir
sambil menahan rasa sedih. Samosir begitu terhenyak akan cerita Ibunya dan tak tahu
apa yang harus diperbuat mungkin ini sudah suratan takdir dalam benaknya. Sang
Ibu pun mulai tidak menapak di darat lagi disertai denga asap dan Sinar yang
perlahan lahan kulitnya berubah bersisik. “IBUU..!!Jangan pergi bu..!! Teriak Samosir. “Pergilah kau nak menjauh
dari sini naik lah ke sebuah bukit atau gunung yang tinggi untuk menyelamtkan
dirimu, karena sebentar lagi badai hujan dan banjir akan segera dating karena
kutukan ini” jelas ibunya. Dibelakang Kentari yang mengikuti Samosir pun menyaksikan
perubahan Ibu Samosir yang perlahan menjadi seekor ikan. Dikala itu sang ayah
barulah samapi mencari anak dan istrinya, tetapi sudah tak Nampak dimana
istrinya berada tetapi yang nampak hanya Samosir dan Kentari yang tidak begitu
jauh dari Samosir. “ Mana Ibumu anuku Samosir, kau Sudah menemukannya?” Tanya
Toba kepada Samosir. “Ibu sudah pergi Ayah..” kata Samosir. Saat itu hujan sudah
mulai turun yang lama kelamaan mulai
membesar. Samosir dan ayahnya Toba saling menjelaskan cerita apa yang
sebenarnya sedang terjadi, Samosir pun tak kuat menahan tangis dan menyuruh
ayahnya untuk pergi meninggalkan lembah ini, namun sang ayah menolak dan bilang
bahwa masih ada urusan yang harus di selesaikan dan berjanji menyusul Samosir
selepas menyelesaikan urusannya dan memaksa kepada Samosir untuk segera
meninggalkan lembah itu. Di belakang yang sejak tadi Kentari yang berdiam diri
saja menagajak Samosir untuk pergi ke Desa di atas lembah tempat mereka dulu
berada. Lalu mereka berdua pun pergi menuju desa tetapi didesa itu awalnya
belum turun hujan. Ketika tiba di desa warga tersebut melihat Samosir dan
mengusir Samosir untuk tidak kembali lagi ke kampong mereka. Hujan pun mulai
datang di kampung tersebut dan akhirnya Samosir terpaksa harus pergi ke bukit
atau gunung yang lain. Akhirnya Samosir memutuskan untuk pergi ke bukit terdekat yang di keliling oleh
gunung-gunung. Kentari pun yang cumin seorang anak remaja tak bisa membela
Samosir untuk bisa tinggal di desanya karena sulit untuk menghadapi warga.
Samosir berjanji akan pergi ke gunung yang di tengah itu yang dikelilingi
gunung-gunung yang lainnyadan Samosir berjanji akan selalu menemui Kentari bila
hujan sudah reda nanti. Tetapi warga dan kedua orang tua Kentari melarang
Samosir untuk menemui kembali Kentari sebagai temannya. Pedihnya hati Samosir pergi
meninggalkan desa tanpa tau harus berbuat apa apa lagi hany teringat ibunya
yang sudah pergi entah kemana. “Samosirr !! Nanti aku temui kamu ya !!..”
teriak Kentari. Samosir hanya menoleh
kepada Kentari dan pergi lagi. “Samosir..!! Samosir..!!” teriak Kentari
memanggil Samosir disertai perasaan iba yang dalam. “Sudah Kentari jangan kau
temui lagi Samosir” kata salah satu warga. “betul.. betul.. itu Kentari” kata
warga yang lainnya. “kau kan tau bagaimana Samosir itu..” kata salah satu warga
lainnya. “tapi kan Samosir hatinya baik..” jawab Kentari. “Bagaimana bisa
dibilang baik klo suka mencuri makanan dan menghabiskannya tanpa sisa !” sahut
warga lagi. “Tapi.. tapi..” kata Kentari. “Sudahlah Kentari ayo mari kita pulang
hujan sudah mulai membesar sekarang” kata orang tua Kentari dengan memaksa.
Saai itu Toba hanya pergi kesana
kemari mencari sang istrinya yang tidak ketemu disertai hujan yang sangat lebat
sehingga dalam waktu beberapa jam saja air sudah mencapai lutut. Samosir
kemudian mencari sang ayah ke rumah gubuk mereka yang sudah tergenang air
setinggi lutut. Setelah menungu hampir malam tiba sang ayah tak kunjung datang
dan air sudah mulai mencapai perut Samosir lalu Samosirpun kembali mencari sang
Ayah Toba keseluruh lembah hingga tengah
malam lamanya sampai akhirnya air mencapai
dada Samosir. “Ayah..!! Ayah..!!
Dimana Kau..!! teriak Samosir terus-terusan memanggil sang ayah yang tak
kunjung ketemu. “Apakah ayah sudah pergi ke desa tadi..?” pikir Samosir. “ah
tidak mungkin, karena mungkin warga menolak mereka juga” pikir Samosir dalam
benaknya. Akhirnya subuh pun menjelang hingga tinggi air sudah mencapai 2 meter
menutupi seluruh tubuh Samosir. Akhirnya Samosir naik ke bukit sejenak untuk
beristirahat dan berteduh kemudian berdoa kepada Tuhan. “Ya Tuhan tolonglah
keluarga kami dari mara bahaya dan bencana ini, pertemukan kembali kami bahagia
seperti sebelumnya ya Tuhan..” do’a Samosir kepada Tuhan. Akhirnya Samosir
mencari ke tepi Tebing pada Bukit yang dipijaknya untuk mencari sang Ayah bila
kemungkinan sudah naik keatas tebing untuk menyelamatkan diri. Hujan terus
turun dengan derasnya hingga sudah mencapai dua hari dengan kedalaman air sudah
mencapai hampir puluhan meter. Karena di
darat juga tak kunjung menemukan sang ayah lalu kemudian Samosirpun kembali
menyelam mencari ayahnya kedalam banjir hujan tersebut, hingga beberapa jam.
Tapi tak kunjung juga menemukan sang ayah di dasar maupun di dalam air hingga
hari ke tiga. Warga desa yang menjadi resah akan kejadian hujan ini yang terus
menerus belum berhenti selam 3 hari kemudian berkumpul dan berdoa meminta hujan
untuk segera di hentikan dan mereka belum mengetahui kalau dibawah lembah
gunung air sudah meninggi sudah ratusan meter. Mereka merasa heran apa yang
terjadi gerangan sehingga hujan terus menerus tidak berhenti dan mulai membuat
kerusakan pada rumah dan ladang mereka. Di hari ke 4 warga pun berkumpul
kembali di Rumah Tetua adat dan merundingkan kiranya apa yang terjadi penyebab
hujan ini. Lalu salah satu warga teringat akan kejadian pas waktu hujan dengan
pengusiran Samosir. Lalu warga mendatangi Kentari dan meminta penjelasan kepada
Kentari kenapa Samosir pas waktu itu hendak masuk ke perkampungan mereka
kembali. Akhirnya kentaripun menjelaskan kepada warga apa yang telah terjadi
sebelumnya pada keluarga Samosir.
Setelah warga mengetahui apa yang telah terjadi sebelumnya kepada
keluarga Samosir , Ayah dan Ibunya., warga pun merasa iba dan berusaha akan
meminta maaf kepada keluarga Samosir dan bersama-sama berdo’a kepada Tuhan
untuk segera menghentikan hujan yang sudah mulai merusakan alam ini di hari ke
enam ada salah seorang warga yang sudah melihat bahwa air sudah sangat meninggi
mendekati perkampungan desa tersebut. Warga begitu panic dan bersiap-siap untuk
segera meninggalkan desa tersebut sebelum ikut tenggelam. Dikala Itu Samosir
terdiam di bukit tebing yang berada di tengah-tengah yang dikelilingi
Gunung-gunung dan bebukitan dan hanya termenung dan terdiam menyaksikan apa
yang telah terjadi kepada dirinya dan keluargnya sambil menunggu hujan reda,
hingga sudah tak terkendali lagi rasa lemas dan sedih yang diarungi Samosir
sehingga dia hamper-hampir pingsan dan tertidur begitu lama disertai hujan dan
gemuruh petir dan kilat. Dan di hari ke tujuh para warga pun kembali berdoa
kepada Tuhan dengan bersungguh-sungguh dan berjanji akan meminta maaf kepada
Samosir atas apa yang telah terjadi antara warga dan keluarga Samosir.
Menjelang sore hari tiba tiba hujan mulai mereda dan akhirnya berhenti dan warga
pun turut bergembira atas berhenti hujan yang bisa menenggelamkan desanya itu.
Lalu akhirnya warga mendekati lembah bawah gunung yang sudah tenggelam oleh air
yang sangat luas dan melihat pemandangan baru seperti lautan air yang tergenang
di kelilingi oleh tebing gunung-gunung dan di tengahnya ada sebuah pulau yang
tersisa dikelilingi genangan lautan air. Dan lautan air itupun seperti
membentuk sebuah Danau yang besar dengan kedalaman sekita 505 meter beserta
sebuah pulau di tengahnya yang terdapat saat itu Samosir yang tengah tertidur
dan dihiasi pemandangan air yang jernih dengan
langit biru, awan dan pelangi yang mengitari antara danau dan sebuah pulau
tersebut dengan indah. Gunung yang sekarang menjadi pulau tersebut adalah
tempat dimana Samosir tertidur panjang dan disitulah Samosir pernah bilang
kepada Kentari akan tinggal ketika di usir oleh warga. Kentari dan para warga
hanya melihat dan tersibak pada apa yang telah terjadi hari itu seakan-akan itu
hanya sebuah mimpi belaka.
Beberapa hari berlalu dan warga
menanyakan kepada Kentari dimana sekarang Samosir berada untuk bisa meminta
maaf dan mencari keluarga Samosir dan Kentari pun menunjukan bahwa Samosir
berkata bahwa dia akan berada di gunung yang telah menjadi pulau itu yang
sekarang dikelilingi lautan air.
Akhirnya warga memutuskan untuk
mencari Samosir ke pulau itu dan membuat rakit, tetapi ketika warga mencari ke
pulau berkali-kali tak pernah mereka menemui Samorir, Toba ataupun Minna istrinya Toba. Kentari pun hanya bisa
termenung dan terdiam di samping lautan air yang membentuk danau tersebut
sambil menunggu janji Samosir untuk segera menemui Kentari. Tetapi hari demi
hari minggu demi minggu hingga berbulan-bulan Samosir, Toba dan Minna tak
pernah muncul dan tak bisa ditemukan.
Di lain cerita Istri Toba yaitu
Minna akhirnya menjadi seekor ikan selamanya dan menjadi penghuni di danau
tersebut, Toba yang sejak awal mencari istrinya kesana kemari dan tidak pernah
kembali ternyata sudah terkubur didasar air danau tersebut dengan tragis yang
tersangkut oleh akar-akar dan ranting-ranting pepohonan yang ikut tenggelam
bersama luapan air hujan tersebut. Dan Samosir yang sudah tertidur lama dan
panjang menghilang lenyap entah kemana tanpa ada jejak sedikit pun di pulau
tersebut dan tanpa ada petunjuk apapun tentang keberadaan Samosir.
Hingga
selama bertahun-tahun Kentari setiap hari menunggu Samosir dengan membawa
makanan sambil menahan sedihnya di dekat Danau tersebut dan begitu setianya menunggu Samosir untuk datang
menepati janjinya yang barangkali suatu saat akan datang menemuinya “Samosir..
Samosir..!! dimana kau..!! kau sudah berjanji padaku untuk menemuiku.!!! Ujar Kentari tak berdasar sambil mengitari
danau.
Dengan kejadian cerita yang terjadi didaerah
Sumatera Utara tersebut kemudian dikisahkan oleh warga tersebut, mereka menamai
danau tersebut dengan nama Danau TOBA
dengan jarak panjang 100 km2 dan lebar 30 km2 beserta
pulau yang ditengah-tengahnya itu untuk mengenang Samosir mereka namakan dengan
nama Pulau SAMOSIR hingga akhirnya cerita
ini di kisahkan turun temurun kepada anak cucu mereka hingga sekarang.
By : Ahmad Jaya
By : Ahmad Jaya
Comments